BPJS dan bisnis antrian Tukang Parkir

bpjs

“Yth. BPJS Kesehatan.

Saya ingin mengeluhkan perihal pengurusan pendaftaran BPJS Kesehatan yang berbelit-belit di Jakarta Selatan.
Pendaftar yang diwakilkan harus memakai Surat Kuasa dengan materai Rp 6.000,-, 1 hari hanya boleh mengurusi 1 KK dengan 1 nomor antrean. Mengapa hal ini diterapkan?

Kejadian pada tanggal 2 September 2014, saya mengurus BPJS. Saya merasakan berbelit-belitnya proses pendaftaran BPJS. Ditambah peraturan 1 KK minimal harus mendaftarkan 2 orang anggota keluarga dalam BPJS Mandiri dengan kelas yang sama. Pengurusan tidak boleh dilakukan oleh orang lain.

Mengapa program pemerintah untuk membuat BPJS Mandiri ini birokrasinya berbelit-belit, sementara warga diwajibkan turut serta menyukseskan program pemerintah, namun nyatanya dipersulit?

Semoga dapat menjadi perhatian.
Terima kasih.”

Jika kita membaca kutipan salah satu keluhan masyarakat tentang pelayanan BPJS maka yang muncul dalam benak kita yaitu malas untuk berurusan dengan birokrasi pemerintahan apalagi sampai harus dipersulit padahal kita sudah berniat baik untuk melaksanakan sebagai masyarakat yang baik.

Berdasarkan dari keluhan diatas saya jadi penasaran untuk mengetahui seberapa sulitnya untuk mengurus pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan maka awalnya saya mencoba mencari tahu apa itu BPJS mulai dari manfaat hingga kerugian yang kita dapatkan dari om google. Dan hasilnya pun saya dapatkan langsung dari website resmi BPJS Kesehatan (http://bpjs-kesehatan.go.id/index.php/pages/detail/2014/12) setelah membaca dan mempelajari semuanya ternyata ada 2 (dua) cara untuk mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan yaitu dengan cara online atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan terdekat. Saya pun mencoba mendaftarkan diri untuk jadi peserta BPJS dengan cara mendatangi kantor BPJS terdekat.

Karena lokasi saya berada dikota Makassar maka saya mencari kantor BPJS Kesehatan yang terdekat dengan lokasi saya yaitu di Jl. Andi Pangerang Pettarani No.78 Makassar, pada pukul 10 pagi saya pun mendatangi kantor BPJS tersebut. Setibanya disana saat memarkirkan motor, saya disambut dengan ajakan obrolan dari tukang parkir BPJS yang berpostur tinggi memakai ikat kepala dari kain sulaman “mau ki urus BPJS pak?, ada mi nomor antrian ta?” saya pun menjawab “iya, nanti didalam to baru ambil nomor antrian?” lalu saya beranjak meninggalkan tempat parkir menuju gedung yang telah ditentukan, tetapi dalam hati saya bertanya ada apa dengan tukang parkir tersebut sampai menanyakan nomor antrian?.

Setibanya digedung yang telah ditentukan saya mendapat beberapa meja yang kosong dan antrian orang yang cukup panjang, saya pun ikut mengantri tanpa bertanya kepada orang lain sampai akhirnya tiba giliran saya.

Didepan saya duduk seorang cewek berjilbab yang berprofesi sebagai cleaning service, itu saya ketahui dari seragam dan ID Card yang dia pakai.

Maka terjadilah percakapan yang cukup panjang dengan cewek tersebut :

Petugas Cleaning Service : mau ki ambil formulir pendaftaran BPJS pak?

Saya                                     : Iye

Petugas Cleaning Service : untuk berapa orang pak?

Saya                                     : untuk 4 (empat) orang

Petugas Cleaning Service : lengkap mi berkas-berkas ta?

Saya                                     : iye, lengkap semua mi

 

Dia pun merobek 4 lembar formulir pendaftaran BPJS Kesehatan

 

Saya                                     : kenapa kita yang jaga disini?, mana semua petugasnya?

Petugas Cleaning Service : lagi meeting ki pak jadi kita disuruh bantu layani pendaftaran

Setelah mengisi seluruh form yang diberikan petugas tadi saya pun kembali bertanya kepada petugas tersebut

Saya                                      : mbak, sudah semua mi saya isi kemana ka lagi ini?

Petugas Cleaning Service  : ke gedung sebelah ki pak, ambil nomor antrian baru menunggu

maki dipanggil nomor antrian ta

Saya                                      : makasih mbak

Saya pun beranjak menuju gedung yang telah ditunjukkan oleh petugas tadi. Setibanya digedung tersebut saya langsung mencari mesin nomor antrian yang rupanya terletak dibelakang pintu utama gedung, tetapi mesin itu telah mati dan saya pun bertanya kepada seorang cowok yang sedang duduk mengantri

Saya                                   : tabe, dimana orang ambil nomor antrian?

Cowok                               : disitu ji tapi kayaknya habis mi itu nomor antrian

Saya                                   : hah??!! Baru jam berapa habis mi, masih pagi ji ini

Cowok                               : begitu memang pak, disini klo tidak cepat ki datang ambil

nomor antrian dilombai ki sama tukang parkir

Saya                                   : kenapa tukang parkir juga ambil nomor antrian?

Cowok                               : kita tau mi pak, sumber penghasilan lainnya juga beng

Saya                                   : *ngomong dalam hati* “pantasan tadi saya ditawari nomor antrian

sama itu tukang parkir”

Akhirnya dengan kecewa saya keluar dari dalam gedung dan langsung menuju tempat parkir untuk pergi meninggalkan kantor BPJS tersebut.

Dalam perjalanan menuju tempat saya sering nongkrong sempat melintas dalam benak saya lebih baik saya mendaftar online saja kalau begitu daripada saya harus mengeluarkan uang lebih untuk orang-orang yang memanfaatkan moment dengan cara yang tidak halal.

Setibanya dilokasi yang saya tuju, saya langsung menyalakan laptop dan membuka website resmi BPJS Kesehatan dan mengikuti setiap petunjuk yang diberikan untuk melakukan pendaftaran BPJS secara online.

Dan hasilnya pun saya bisa mendaftarkan diri secara online dengan sedikit mengobati kekecewaan saya terhadap pelayanan dikantor BPJS tadi walau harus menunggu lama karena server website resmi BPJS Kesehatan penuh.

2 responses

  1. Wah, layanan pemerintah kok makin ngawur.

    Suka

  2. Wah, layanan pemerintah kok makin ngawur

    Suka

Tinggalkan komentar